PENGEMBANGAN
KURIKULUM FUTURISTIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH PENDIDIKAN
Oleh
M. Anwar Rubei, M.Pd
PENGANTAR
Dalam dunia
pengajaran, seorang pengajar tidak akan lepas dari apa yang disebut dengan
kurikulum, silabus dan rencana pengajaran. Kurikulum yang erupakan patokan
materi utama sangatlah penting peranannya. Oleh karena itu seorang pengajar
yang baik hendaknya mengetahui seluk-beluk kurikulum itu sendiri.
Dari segi bahasa kurikulum dalam bahasa Yunani berasal
dari kata curir yang artinya pelari dan curere yang artinya
tempat berpacu. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian kurikulum dapat
dilihat secara sempit dan luas. Secara sempit kurikulum diartikan sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari siswa untuk memperoleh ijazah.
Sementara itu, dalam pandangan yang luas, kurikulum tidak hanya dibatasi pada
sejumlah mata pelajaran yang lebih banyak menekankan pada isi, akan tetapi
meliputi semua pengalaman belajar yang dilakukan pihak sekolah untuk
mempengaruhi perkembangan pribadi siswa ke arah yang lebih positif sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Kurikulum dapat dilihat dalam tiga dimensi, sebagai
ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana (Sukmadinata, 2008:27). Dalam
kurikulum sebagai ilmu dikaji teori, konsep, model, asumsi, dan prinsip-prinsip
dasar tentang kurikulum.
Kurikulum juga dapat dilihat sebagai sistem, bagaimana
kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem lain, seperti sistem
manajemen, layanan siswa, dan lain-lain. Dalam kurikulum sebagai sistem,
tercakup komponen-komponen kurikulum, kurikulum sebagai jalur, jenjang, jenis
pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya.
Kurikulum sebagai rencana merupakan dimensi kurikulum
yang paling banyak dikenal baik oleh para pelaksana kurikulum, seperti guru,
kepala sekolah, pengawas, maupun masyarakat. Kurikulum ini merupakan kurikulum
tertulis atau dokumen kurikulum menjadi pedoman atau acuan bagi para pelaksana
kurikulum dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum sebagai rencana tercakup
macam-macam rencana dan rancangan atau desain kurikulum, rencana menyeluruh
untuk semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang
dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan
dipertimbangkan pada pengembangn kurikulum pada setiap jenjang pendidikan.
Munculnya peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi
terhadap paradigma baru dalam proses pengembangan kurikulum. Kondisi masa
sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang
memerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang memiliki
kompetensi multidimensional. Mengacu pada hal-hal tersebut, pengembangan
kurikulum harus mampu mengantisipasi segala persoalan yang dihadapi masa
sekarang dan masa yang akan datang.
Pada abad ke-21 ditandai dengan era perubahan yang
sangat cepat, namun disertai serba ketidakpastian. Khusus perubahan sosial akan
mempengaruhi kurikulum pendidikan. Karena itu dalam menyusun kurikulum harus
diperhatikan perubahan sosial pada abad ini yang begitu dinamis, bukannya
statis seperti abad-abad yang terdahulu.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan
moral yang baik.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga
negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas,
aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis,
dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Kurikulum masa yang akan datang disebut juga
kurikulum masa depan, yaitu kurikulum yang merangkumi pendekatan yang
berpusatkan pada murid dan membolehkan mereka memahami kekuatan dan
masing-masing serta berupaya belajar sepanjang hayat. Pengalaman belajar direka
untuk membantu murid menyepadukan pengetahuan baru dan dimurnikan bagi melahirkan
celik akal melalui banding beza, membuat induksi, deduksi dan menganalisis.
Pengalaman belajar memberikan murid peluang untuk menggunakan pengetahuan
secara bermakna bagi membolehkan mereka membuat keputusan dan untuk membentuk
pemikiran kritikal, kreatif, dan futuristic serta penyelesaian penyelesaian
masalah seperti Kajian Masa Depan.
Tujuan akhir pendidikan adalah agar anak didik
mendapatkan ilmu, keterampilan, kompetensi, dan nilai yang memungkinkan mereka
hidup produktif baik bagi dirinya ataupun lingkungannya. Hal di atas dapat
dicapai jika kurikulum pendidikan berorientasi kemasa depan, disusun dengan
mempertimbangkan beberapa pendapat futurulog yang dapat mengidentifikasi
kejadian-kejadian potensial dimasa datang. Semua itu dipengaruhi oleh visi masa
depan penyusun kurikulum tersebut. Bila
visi serta bayangan masa depan salah satu akan berimplikasi juga terhadap
aktifitas pendidikan yang mereka lakukan. Visi pendidikan akan masa depan
dipengaruhi oleh pengetahuan mereka dimasa lalu dan bacaan mereka sekarang.
Alfin Tofler berpendapat bahwa seseorang tak dapat
sepenuhnya membayangkan masa datang sebagai predeksi dari apa yang mereka lihat
dan mereka dapati sekarang. Masa datang merupakan hasil dari beberapa factor
yang tak dapat dikontrol, hasil dari kejadian atau keputusan dari beberapa opsi
yang ada. Namun kenyataannya sebagian orang masih mengidentifikasikan masa
depan yang didambakan, terbatas pada alat-alat yang mereka miliki. Meski begitu
ada beberapa metode yang memungkinkan kita meramalkan perkembangan yang lebih
baik di antara yang lainnya.
Pendekatan futuris, pendekatan yang mengantisipasi
pendidikan menjorok kepada masa mendatang, pendekatan pemecahan masalah
pendidikan didasarkan atas antisipasi perubahan social. Menurut Tilaar (1967),
futurisme lahir dikarenakan oleh adanya dua jenis keresahan menganalisis
pendidikan dewasa ini: pendekatan tidak mengantisipasi perubahan social yang
bakal terjadi, isi kurikulum terutama diarahkan kepada masyarakat sekarang,
yang mengakibatkan pendidikan itu steril terhadap masa depan dan terpaku
terhadap kebutuhan jangka pendek. Menurut Tilaar, sikap ini tidak lain membuka
jalan kearah katasropi, dan dengan demikian pendidikan telah kehilangan “nilai
moralnya”. Tanpa dilakukan pendekatan ini, pendidikan tidak akan mampu
memecahkan persoalannya secara tuntas dan akan timbul kembali masalah yang
lebih serius dalam waktu yang sangat singkat.
Dalam menyongsong era informasi modern, kualitas
manusia yang menurut Soepardjo Adikusumo ditandai dengan informational capability, analytical capability, dan scanning capability, pendidikan harus
mampu memunculkan ketiga kemampuan tersebut. Untuk itu pendidikan harus mampu
memberikan kemudahan memperoleh informasi, menganalisis informasi, dan mendayagunakannya
untuk memecahkan masalah kehidupan.
Pada dasarnya pendekatan dalam kurikulum masa depan
mengacu pada prinsip yaitu:
1. Pendekatan
yang harus ada dalam pencapaian visi dan misi pelaksanaan kurikulum masa yang
akan datang, yaitu:
2. Kandungan
akan dibekalkan melalui berbagai cara penyampaian dengan menggunakan berbagai
strategi.
3. Kurikulum
akan dibina sebagai modul dan diakses melalui rangkaian jaringan.
4. Bahan
pengalaman dan sokongan akan diperolehi daripada pelbagai sumber dan
disepadukan ke dalam struktur terus kurikulum.
Orang yang akan mendapat beberapa keuntungan atau
manfaat pendidikan yang pertama dan yang paling nyata adalah siswa. Setiap
siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga setiap karakteristik
tersebut harus dapat dipahami agar mereka dapat mencapai manfaat dalam
pendidikan. Sebagai tambahan pengaruh orang lain dalam masyarakat dapat
mempengaruhi pendidikan siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung
(keluarga dan teman-teman atau guru). Manfaat yang akan diperoleh siswa mudah
sekali untuk dijelaskan, siswa yang belajar membaca disekolah lebih baik dari
pada mereka yang tidak dapat membaca.
Dalam ekonomi hal ini disebut “manfaat pribadi”.
Para ekonom membedakan manfaat pribadi dengan manfaat sosial. Manfaat sosial
adalah sesuatu yang dapat mengembangkan orang selain pendidikan. Masyarakat
dikatakan lebih baik karena pendidikan mereka.
Karakteristik dan pembawaan umum tertentu dapat
dianggap sebagai hasil dari sekolah, termasuk pemahaman tentang nilai demokrasi
sebagai upaya untuk memerangi segala bentukkediktatoran dalam suatu
pemerintahan dan kemampuan untuk berpikir kritis dan yang pantas. Keahlian
tersebut mungkin menjadi pengaruh tidak langsung dari bidang studi
kewarganegaraan, ilmu sosial, sejarah, filsafat, bahasa, dan pengajaran lain.
Perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman
pendidikan. Secara metodologis hal ini berarti bahwa pengukuran pretest dan
protest pada individu diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan yang
disebabkan oleh pendidikan. Hal ini dikenal sebagai “pendekatan penambahan
nilai”.
Terdapat lima cara yang berbeda untuk membuat
fakulasi (penghitungan) dan mengaplikasikan metode yang spesifik pada
pendidikan yang lebih tinggi, yaitu:
1. Mengevaluasi
perubahan individu,
2. Segala
yang dihabiskan dalam pendidikan (tingkat biaya) adalah ukuran kelebihannya.
3. Menyelidiki
reaksi klien terhadap pendidikan universitas.
4. Mempertimbangkan
peningkatan dalam nilai kapita dari manusia yang merupakan hasil dari
pendidikan yang lebih tinggi.
5. Seberapa
besar pendidikan yang lebih tinggi bertanggung jawab atau berperan dalam
pertumbuhan.
Kelima dalam memperkirakan nilai pendidikan
universitas dengan melihat pada tingkat pengembalian investasi pada pendidikan
universitas. Manfaat pendidikan diperoleh selama pengalaman dari pendidikan itu
sendiri, manfaat pendidikan dapat ditanyakan pada siswa setelah mereka
melaksanakan pendidikan.
Untuk masa depan, pendidikan harus dapat
mengantisipasi dan mengelolah masa depan sekolah agar program sekolah dapat
merespon terhadap kebutuhan anak didik, bukan hanya saja dalam praktek tetapi
aplikasinya kepada pekerjaan, tapi yang penting adalah membuat mereka mengerti,
menerima dan menghargai kenyataan yang ditemui. Hal tersebut tidak mudah karena
selama ini sekolah telah terbiasa berperan sebagai alat untuk mempertahankan
kebudayaan secara konservatif.
Sekolah memerlukan organisasi agar dapat mengelolah
dasar dan kecepatan tingkat perubahan. Pengelolaan tidak lagi diatur oleh
segelintir orang yang membuat keputusan apa yang terbaik untuk masyarakat.
Tofler mengatakan bahwa dalam mendisain
sistim pendidikan hari esok harus melibatkan segala pihak termasuk
keinginan anak didik tentang masa depan yang dihadapinya yang jauh lebih
komplit.
Bayangan masa depan juga dipengaruhi sikap mental
ideologi. Tapi kebanyakan kita percaya harus melanjutkan rancangan program
pendidikan yang menekankan individualisme, rationalisme, kekeluargaan, agama
dan kebangsaan. Pada akhirnya kita harus sadar bahwa kurikulum masa depan
adalah suatu pilihan alternatif bagi seluruh manusia.
Pembuat kurikulum harus menciptakan program agar
seluruh pelajar dapat berfungsi optimal dalam masyarakat masa depan. Tugas
berat ini memang berat dan mungkin sangat susah dicapai, namun demikian harus
disadari bahwa kurikulum bertanggung jawab pada mewariskan kebudayaan.
Pembuat kurikulum disamping punya konsep masa depan
yang berbeda-beda, juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam
meramalkan masa depan. Ramalan adalah perkiraan yang akan terjadi jika suatu
kejadian yang terus berlanjut atau bagaikan suatu jendela dimana seorang dapat
melihat potensi yang mungkin terjadi dimasa depan. Ramalan harus dibedakan
dengan prediksi yaitu pernyataan tentang kemungkinan tentang kejadian yang
terjadi pada masa depan.
Ramalan dapat dianggap seperti pintu jendela untuk
melihat rencana-rencana masa datang yang akan dibuat baik bulanan, ataupun
tahunan. Dari segi bentuk ramalan tersebut dapat dibagi dua cara, yaitu:
1. Ramalan
Eksplorasi, adalah ramalan yang diambil dari pengolahan data-data yang
bertujuan menemukan kemungkinan kapabilitas, perubahan, kesempatan, dan masalah yang mungkin atau kelihatannya muncul
dimasa depan.
2. Ramalan
Normatif, adalah ramalan yang mendasarkan pada norma-norma yang mungkin sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam mencapai norma tersebut.
Dari
cara pendekatan maka ramalan masa depan itu dapat pula dibagi:
1. Ramalan
Simulasi
Ramalan
simulasi ini memperkirakan masa depan dengan mengaktifkan model-model yang
telah dikenal dari fisik, sosial, lingkungan hukum yang menentukan bagaimana
semuannya mempengaruhi masa depan. Dalam hal ini pendidik harus menciptakan
model-model sistim pendidikan yang akan datang dengan melihat variabel-variabel
kunci kemudian memakai formula matematika yang beragam, disain program komputer
yang menjadikan mereka untuk menuju hasil dari aksi yang berlangsung, atau
identifikasi dan lalu evaluasi aksi alternatif yang mungkin hasil dari membuat
pilihan khusus.
2. Ramalan
Trend
Prosedur
ini, pendidik memplot secara matematis batas dari kejadian (trend) yang
ditemukan dan meluaskannya sampai ke masa depan. Contoh: Bila pendidik tertarik
jumlah pengetahuan baru yang ditemukan pada subjek atau disiplin, dapat diplot
dalam grafik atau perbandingan atas pont khusus dalam waktu-dekade, tahun atau
bulan, dan merancang dalam peningkatkan order. Menyusun informasi dalam hal
ini, pendidik dapat melihat bila variabel sebagai contoh, jumlah penemuan dalam
biologi-meningkat atau menurun dengan berlalunya waktu. Garis lurus mungkin
cocok dengan point dan lalu meluas diantara point yang paling akhir. Bila garis
menunjukan peningkatan, lalu pendidik
dapat meramalkan mereka akan sepertinya memerlukan mengekspansikan
cakupan kurikulum biologi, atau sekurangnya memikirkan cara integrasi isinya
demi meyakinkan pelajar mengumpulkan informasi terbaru.
3. Ramalan
Intuitif
Prosedur
ini adalah sesuatu yang dapt dilakukan semua orang. Berkaitan dengan bayangan
atau perasaan orang tentang masa depan. Persepsi ini dari apa yang akan
mempengaruhi keputusan dan aksinya seperti halnya beberapa pandangan merek yang
menjadi kenyataan. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan merasa bahwa dimasa
depan akan dibutuhkan lebih banyak lagi sains dan kursus matematika dalam
sorotan meningkatnya teknologi alam dari masyarakat kita. Dengan kata lain,
intuisi mereka tentang peningkatan teknologi menjadi penting sebuah alat untuk
meramal apa yang berguna bagi pendidikan masa depan.
4. Ramalan
Delphi
Prosedur
yang paling dikenal, berupa penyaringan beberapa pendapat ahli mengenai masa
depan. Proses ini dilakukan berulang beberapa kali sampai dicapai konsesus
pendapat tentang masa depan. Ada beberapa tahap proses Delphi seperti melakukan
beberapa kuesiner berulang-ulang dan kemudian ditarik kesimpulan dan ramalan
sehingga dapat dimasukan pada kurikulum yang dibuat.
5. Ramalan
Skenario
Prosedur
yang membuat ramalan dengan pembuatan skenario yang berbentuk inovasi proses,
imajinasi dan khayalan yang masuk akal untuk direnungkan. Skenario kurikulum
dapat berupa isi, teknik, konten dari kurikulum. Disamping itu dapat juga
dibuat skenario keseluruhan proses belajar dan mengajar yang mungkin terjadi.
6. Ramalan
Analisa Kekuatan
Ramalan
ini didasarkan pada kekuatan dan sumber daya yang dipunyai pada masa sekarang
dan diproyeksikan pada masa depan. Data yang akan terkumpul dipakai untuk
meramal keberadaan masing-masing kekuatan dan impak terhadap kurikulum.
1. Informatif
Informatif berarti kurikulum juga mempelajari
cara-cara mempergunakan alat informasi komputer, karena dengan komputer anak
didik dapat mengakses informasi-informasi yang mereka perlukan. Komputer juga
dapat dipakai untuk mencari informasi ilmu dari bahasa asing karena
kesanggupannya untuk menterjemahkan ke dalam bahasa yang dimiliki siswa. Karena
itu supaya kurikulum itu informatif maka pelajaran dan penggunan komputer
dimasa depan harus ditingkatkan.
2. Masa
Depan Sebagian Konten Kurikulum
Drapper
Kauffman, mengusulkan 6 area kompetensi:
1. Mempunyai
akses ke informasi,
2. Berpikir
jernih,
3. Berkomunikasi
efektif,
4. Mengerti
lingkungan manusia,
5. Mengerti
individu dan masyarakat, dan
6. Memperkuat
kompetensi personal.
Dalam konten kurikulum juga harus dimasukkan bagaimana
siswa mulai belajar tentang prosedur perencanaan, beberapa type heuristik yang
berhubungan dengan informasi, prosedur mengendalikan stres akibat cepatnya
perubahan. Jadi mereka diajak bukannya hanya berpikir kritis tentang masa
depan, tapi juga bagaimana cara membatasi antara pikiran yang logis dan tidak
logis.
Futuristic model memasukkan
pendekatan yang berpusat pada pembelajar ke dalam pendidikan di mana pembelajar
mengerti kekuatan dan kelemahannya sebagai pembelajar, dan di mana pembelajar
dapat diberikan kuasa untuk menjadi pembelajar seumur hidup (life-long
learner). Pengalaman belajar dirancang untuk membantu pembelajar untuk
mengintegrasikan pengetahuan yang baru dan meningkatkannya melalui wawasan yang
baru dengan membandingkan, membedakan, menginduksi, mendeduksi dan
menganalisis. Sebagai tambahan, pengalaman belajar menyediakan kesempatan bagi
pembelajar untuk menggunakan pengetahuan itu secara bermakna dalam (1)
pengambilan keputusan yang diinformasikan, (2) pemikiran yang kritis, kreatif
dan futuristik , dan (3) pemecahan masalah.
Model futuristik dibentuk dengan asumsi bahwa masa depan
berbeda dengan masa lalu. Oleh karena itu pembelajar perlu di didik agar mereka
siap untuk menghadapi tantangan di masa depan. Perspektif masa depan sering
dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan kepada proses
mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, yang menekankan
kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial,
politik, dan ekonomi masyarakat. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai
permasalahan yang ada di masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan yang
sangat cepat.
Dengan kata lain, kurikulum dengan futuristic model akan
mencetak pembelajar yang diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang akan
timbul di masa mendatang, juga mempersiapkannya untuk terjun ke dalam
masyarakat masa depan sesuai dengan prediksi yang telah dilakukan.
Ada tiga pendekatan dalam implementasi model kurikulum
ini, yaitu:
1.
Materi akan disediakan melalui
berbagai representasi dengan berbagai strategi untuk merealisasikannya.
2. Kurikulum akan dirancang sebagai modul dan diakses melaui jaringan (network).
3.
Materi, pengalaman dan dukungan
akan diambil dari sumber yang luas dan terintegrasi dalam struktur inti suatu
kurikulum. (http://www.scribd.com/doc/13977506/Teacher-Professionalism)
Fase
perancangan kurikulum futuristic model adalah sebagai berikut.
1.
Membuat Proyeksi atau Prediksi
Dalam futuristic model proyeksi atau prediksi
mengenai apa yang akan dibutuhkan masyarakat di masa depan merupakan langkah
awal untuk mendapatkan data. Metode yang dipakai adalah metode yang sama pada futurology,
yaitu ilmu yang mempelajari segala hal yang memungkinkan terjadi di masa depan
dengan pendekatan ilmiah. Metodologinya dikenal dengan „3P 1W‟, yaitu (1) possible,
yakni segala kemungkinan yang dapat terjadi dalam konteks logis dan rasional,
(2) probable, yakni segala kemungkinan yang sifatnya dugaan atau
perkiraan, (3) preferable futures, yakni masa depan yang diharapkan, dan
(4) wildcards (kartu liar), yakni segala hal yang memiliki probabilitas
rendah namun pengaruh yang besar baik positif maupun negatif. Metode wildcards
jarang sekali digunakan karena landasan filosofisnya yang kurang kuat
(Wikipedia, 2009).
Dalam model kurikulum ini, prediksi dilakukan terhadap
kebutuhan sosial masyarakat terutama dari faktor pekerjaan, pendidikan dan
penanggulangan masalah sosial.
2.
Menentukan Tujuan Pendidikan Ideal
Dalam tahapan pembuat kurikulum ini menentukan tujuan
pendidikan ideal yang ada berkaitan dengan hasil proyeksi. Mirip dengan needs
assessment model, tujuan pendidikan yang dirancang merupakan tujuan
pendidikan yang ideal, artinya belum mempertimbangkan faktor pembelajar.
3.
Integrasi Tujuan Pendidikan Ideal dengan Kondisi Pembelajar Terkini
Pada tahapan ketiga ini, pembuat kurikulum
mengintegrasikan tujuan pendidikan dengan kondisi terkini pembelajar dan
membuat prioritas tujuan pembelajaran. Hasilnya merupakan rancangan kurikulum.
4.
Implementasi Kurikulum
Dalam tahapan ini kurikulum diimplementasikan kepada
pembelajar. Evaluasi kurikulum sebaiknya dilakukan secara berkala agar
perbaikan-perbaikannya juga dapat dilakukan secara berkala sehingga output pembelajar
semakin baik.
Program belajar atau kurikulum yang dirancang untuk
peserta didik di masa depan harus mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok
pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia yang diperlukan
untuk kehidupan mereka di masyarakat, dan sekaligus mempertimbangkan
karakteristik perbedaan kelompok peserta didik di masing-masing jenis dan
jenjang satuan pendidikan. Konsep dasar yang komprehensif dan luas tentang
fungsi pendidikan tidak hanya dipergunakan untuk semua masyarakat, tetapi
hendaknya tertuju pada suatu kajian tentang praktek dan kebijakan pendidikan
pada tingkat awal dari semua negara yang memberikan suatu landasan yang mantap
bagi praktek belajar peserta didik di masa depan dan keterampilan hidup (life
skills) yang esensial untuk menghidupi sebuah kehidupan yang konstruktif
dalam masyarakat.
Contoh konkret dari kurikulum ini adalah merebaknya
kurikulum pengoperasian komputer mulai dari software, hardware dan progamming
pada hampir seluruh SMA dan SMK di Indonesia dewasa ini. Pembelajar
dipersiapkan untuk sanggup bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas
yang akan terjadi di masa mendatang.
Kemudian dalam (http://tepenr06.wordpress.com/2011/12/01/arah-masa-depan-kurikulum-future-directions-for-curriculum/)
menjelaskan tentang design kurikulum masa depan yaitu:
1. Subject
Centered Design
Design ini adalah design tradisional yang mungkin
akan hilang dimasa datang. Design ini didasarkan pada kemampuan intelektual
yang harus dikuasai. Sebagai contoh dapat dilihat subjek-subjek yang harus
dikuasai seperti:
a. Pada
level Sekolah Dasar (SD), subjek disainnya adalah materi dari pelajaran bahasa
dan kemampuan komunikasi, ilmu sosial, matematika, sains, dan seni.
b. Pada
level Sekolah Menengah Pertama (SMP), subjek akdemik tradisional terdiri dari
pelajaran bahasa Inggris, matematika, sains, ilmu sosial, dan bahasa asing.
2. Child
Centered Design
Berbeda dari desain tradisional, maka kurikulum
diarahkan pada minat dan interest anak didik. Tambah lama subjeknya berkurang
bahwa sekarang cenderung ke arah dasar dan persiapan masyarakat teknologi.
Pendapat Para Ahli tentang Masa Datang dan Aliran
Masa Datang (Future and Futurism). Para ahli memikirkan bahwa era teknologi ke
era informasi sekitar tahun 1950 an, namun menurut Jhon Nasbitt bahwa
masyarakat masih terjebak dalam dua era, dimana masa industri menjadi pemimpin
dalam era informasi. Jebakan ini akan mengganggu banyak orang karena beberapa
informasi yang diterima dalam masa paska industri telah mengaburkan bayangan
orang akan masa datang. Orang harus membiasakan diri dengan paradigma baru
untuk mengatur pekerjaan dan pergaulan sosial mereka. Banyak yang tidak
mengerti mengenai aturan yang telah berlaku, sehingga mereka merasa telah
kehilangan rasa aman bekerja pada masa lalu dan merasa harus memulai kembali.
Ketidaknyamanan perubahan pada masa transisi
timbulnya begitu mendadak. Di Eropa pergantian era agraris menjadi industri
memakan waktu beberapa abad. Pergantian dari suatu industri ke masyarakat
informasi hanya dalam dua sampai tiga dekade. Pergantian yang begitu cepat ini
tidak memberi kita waktu untuk merefleksikan secara alami perubahan yang
terjadi, bagaikan sempitnya ruang untuk bernafas. Malah Alvin Tofler
menyebutnya sebagai future shock berupa disorientasi individu akibat pengalaman
masa lalunya yang tidak efektif untuk memahami ataupun mengambil keputusan pada
hari ini atau besok.
Pandangan kita tentang waktu pun juga punya
perbedaan. Dalam era pertanian kita berorientasi pada masa lalu, era
industrialisasi kita melihat kemasa sekarang, sedangkan pada era informasi kita
berorientasi pada masa depan. Perubahan orientasi waktu ini juga mempengaruhi
penyusunan kurikulum pendidikan yang berorientasi dengan masa depan. Walaupun
pendidik mungkin tidak mempunyai alat yang perfek untuk berhadapan dengan semua
aspek masa datang, sesungguhnya mereka memiliki pandangan serta kreasi masa
datang. Alat tersebut merupakan bagian dari bidang futuristik, kadang disebut
aliran future atau kajian future. Apapun namanya, meliputi pengetahuan ramalan
dan seni dari imajinasi keduanya. Disiplin ini memandang kejadian sosial dan
teknologi tidak terpisah tapi saling terkait dalam suatu sistem ataupun proses
yang menyeluruh. Suatu peristiwa akan mempengaruhi peristiwa lainnya dan
akhirnya berefek pada kejadian berikutnya. Dengan mengetahui interaksi demikian
maka kita sering dapat membayangkan apa yang akan terjadi dimasa datang.
Futurism adalah suatu usaha sistematis dalam
menggabungkan anatara ramalan kreatif dengan rencana dan kegiatan yang akan dilakukan. Sehubungan
dengan bidang fururism ini maka kurikulum seyogyanya disusun dengan berorientasi
masa depan dan menentukan program pendidikan jenis apa yang mempunyai
kemungkinan tertinggi dapat memahami kondisi demikian.
Dengan melihat masa depan, para pendidik seharusnya
proaktif dan menghindari cara-cara reaktif. Dimasa lalu, para pendidik selalu
memakai cara reaktif terhadap kejadian-kejadian yang berdampak pada program
sekolah. Dan malah hal tersebut masih berlangsung karena kurikulum baru dirubah
sebagai respon dari gejala yang ada pada masyarakat.
Bahan ajar di masa depan ada yang bisa diprediksi
dan sebagian lagi tidak bisa diprediksi. Keadaan yang bisa diprediksi misalnya,
pelajaran hybrid akan mengarah kepada biostatik dan biologi molekuler,
pelajaran diet dan olah raga akan mengarah kepada kesehatan tubuh dan lainnya.
Keadaan yang tidak bisa diprediksi antara lain
perubahan sosiobudaya yang terjadi pada masyarakat karena masyarakat yang
cenderung pluralistik sehingga kurikulum masa depan mungkin lebih banyak
berkaitan dengan realisme, ethnicisme, dan sexism. Sejalan dengan masyarakat
yang menjadi bermacam ragam budaya dan etnik, maka harus lebih banyak lagi
pelajaran tentang pendidikan global dan internasional.
Pada kurikulum baru mungkin saja akan ditemui
materi-materi baru seperti pelajaran metacognition, transductive thinking,
managemen, dan lainnya. Pelajaran baru terfokus mungkin berurusan dengan
kelaparan, penyakit, banjir atau akibat konsekuensi sosial ekonominya.
Pelajaran baru berjudul ”perbatasan” mungkin memasukkan geografi dari laut,
sampai universal, juga sosiologi kejahatan atau asalnya terjadi konflik dan
lebih banyak lagi kedalam kurikulum. Sejalan dengan pelajaran formal yang asli,
kekomplekkan dan tantangan dari perubahan serta bagaimana menyampaikannya tidak
pernah akan berakhir.
Herman Kahn,
menyatakan bahwa masa depan dan masa lalu bukan sebuah garis lurus.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah memberikan informasi baru dan bahkan dapat
merubah kesimpulan masa lalu, Karena itu para pendidik harus merubah sikap,
harapan, dan pandangan mereka terutama tentang sesuatu yang tidak pernah
dipelajari dimasa lalu dan berusaha mencari jawaban yang benar.
Walaupun sulit dilaksanakan tapi perubahan persepsi terhadap masa depan
itu adalah langkah awal yang baik.
Perubahan sikap ini terjadi karena terjadinya
pluralisme pada masyarakat sehingga sekolah dan masyarakat sebagai tempat
peleburan (melting pot) dalam bentuk cara-cara baru. Berdasarkan pandangan ini,
sekolah memegang peranan integral dalam mengurangi perbedaan budaya dan etnik
diantara orang-orang dalam membawakan budaya umum seperti di Amerika. Kurikulum
harus dirancang dengan program mendevaluasikan keunikan masing-masing individu
dalam model yang dapat diterima untuk semua, namun tetap disesuaikan dengan
perkembangan talenta anak didik. Malah harus dipikirkan bagaimana memodifikasi
sekolah agar cocok dengan anak didik dari pada menuntut anak didik yang harus
berubah mencocokan dengan sekolah.
Menurut Maria Fantini, pendidik lebih dipersiapkan
bersifat inter disiplin, dengan bermacam program pilihan dan alternatif seperti
program karir yang banyak dan program perkembangan keterampilan dini. Pendidik
juga harus menyadari bentuk-bentuk intelegensia anak didik dan bukan hanya
melulu pada kognitif domain seperti ketrampilan musik, artistik,spesial,
kinestetik, dan interpersonal. Mungkin anak didik juga akan memperoleh
informasi dari media-media lain.
Bahkan Daniel Bell percaya pelajar akan berkomunikasi
baik dengan komputer dan media visual lainnya mungkin secara diam-diam dan tak
mungkin diantisipasi. Begitu banyak informasi dari media baik visual ataupun
elektronik yang memberikan kecakapan anak didik yang memberikan arti penting
terhadap interpretasi terhadap dunia mereka. Anak didik mungkin akan mengalami
perubahan cara belajarnya. Pemikiran dan logikanya akan sangat jauh dengan
orang-orang yang telah dewasa, karena cara berpikirnya mereka telah berubah
jadi multidimensi, lebih kreatif karena adanya media-media informasi yang
moderen. Kebanyakan pelajar masa depan
akan berpikiran dan memproses informasi dengan yang penuh tantangan, bahkan
berbeda dari guru mereka, yang masih saja tergantung pada polla berpikir
klasik.
Dunia kita ini sangat kompleks, karena itu sangat
sulit memprediksi interpretasi kita pada sesuatu kejadian secara tepat atau
melakukan antisipasinya sesuai dengan target. Karena itu Kenneth Boulding
mengatakan, bahwa kita akan menemui serba ketidakpastian pada setiap keputusan
yang diambil. Demikian juga pada keputusan-keputusan dalam bidang pendidikan.
Berbeda jika situasi tersebut pasti, maka keputusan dapat menghasilkan sesuatu
yang maksimal karena dapat memfokuskan pada sumber daya dan waktu yang ada.
Namun Boulding sekali lagi mengingatkan bahwa kehidupan bagai nyata, tidaklah
sederhana demikian, karena penuh ketidakpastian. Menyadari hal demikian, maka
keputusan yang diambil oleh pendidik harus lunak, komunikatif dan dapat
diterima (liquid, flexible, adaptable). Untuk mendapatkan hal bagaimana?
Demikian maka keputusan dibuat terbuka dengan
memberikan beberapa opsi sambil menyusun dan mereview perencanaan yang telah
dibuat, karena kalau terjadi kegagalan akan memberikan resiko terbuka biaya
yang tinggi. Seperti halnya dalam pendidikan jika suatu kurikulum dibuat dengan
keputusan yang salah dan tidak memenuhi kebutuhan anak didik, maka akan
menimbulkan masalah sosial baru, misalnya sebagai pengangguran baru.
Dalam masa perubahan ini ditemui banyak
ketidakstabilan yang bisa-bisa berlanjut kemasa depan. Namun yang tetap stabil
kita temui dan tak akan berubah adalah adanya anak didik, guru, sekolah, dan
orang tua murid. Sekolah walaupun perannya mulai berkurang, akan tetap
berfungsi sebagai mediator bagi anak-anak didik untuk mengenal kebudayaan yang
ada, karena anak didik juga dapat melaksanakan proses pembelajaran dari hasil
interaksi dengan media, khususnya TV dan tape. Sayangnya media ini tidak selalu
bersifat awam (massifikasi) seperti yang dikatakan Toffler. Industri media akan
menciptakan materi tertulis dan visual untuk pasar spesialnya, sehingga bisa
kita lihat di US, majalah massa tidak lagi mempunyai kekuatan mempengaruhi
kehidupan nasional.
Beberapa ahli mencatat bahwa masa ini telah terjadi
perubahan yang lebih besar dalam sejarah dibanding beberapa abad silam
kehidupan manusia. Harold Shane, begitu cepatnya terjadi perubahan sehingga
dari aspek sejarah baru pertama kali terjadi, bahwa manusia terdorong dari masa
lalu ke masa mendatang tanpa ada kesempatan penyesuaian perubahan itu.
Tofler, berasumsi bahwa akan terjadi ledakan linear
dari perkembangan ilmu. Anak yang lahir sekarang jika ia lulus kolege telah
terjadi peningkatan ilmu empat kali. Namun saat dia berumur 50 tahun maka
peningkatan ilmu telah meningkat 32 kali lebih besar dan 97% dari yang
diketahuinya di dunia telah dipelajari semenjak dia baru saja lahir.
Daniel Bell, mengatakan bahwa era abad ini
memperlihatkan bahwa peningkatan ilmu dan teknologi telah mengurangi
partisipasi orang-orang dalam membuat suatu keputusan. Akibatnya masyarakat
makin egoistik, terpisah, asosial dan ingin senangnya sendiri.
Michael MC Daniel, telah menyampaikan ada 7
kontribusi terjadinya perubahan cepat dan alami:
1. Perubahan
demografi, seperti sex dan pola umur, tingkat kematian, harapan hidup, ukuran
keluarga, keseimbangan tua dan muda dll.
2. Inovasi
teknologi berupa perubahan adaptasi dengan munculnya mesin dan hasil produksi.
3. Inovasi
sosial, seperti aransemen baru, sistem atau gaya pendidikan, politik, ekonomi,
militer, dan dimensi lain.
4. Pergeseran
nilai budaya, perubahan dalam aksioma budaya atau nilai dan ide.
5. Pergeseran
ekologi, perubahan pada ekologi alam, kejadian polusi sungai dll.
6. Pergeseran
ide informasi berupa, skope, kualitas, dan manipulasi pengetahuan, Konsep baru
tentang bagaimana cara kerjanya.
7. Difusi
kultur, transfer ide, nilai, atau teknik dari satu kultur ke yang lain melalui
perang, invasi, propaganda, dan traveling.
Jhon Naisbitt, mempopulerkan 10 megatrend yang
berpengaruh pada pendidik dalam menyusun kulikulum:
1. Perubahan
dari masyarakat industri ke informasi.
2. Menjalani
situasi yang membutuhkan teknologi tinggi berkaitan dengan interaksi manusianya
yang tinggi pula
3. Pindah
dari ekonomi nasional ke dunia
4. Merubah
rencana dan aksi jangka pendek ke jangka panjang
5. Berangkat
dari sentralisasi ke pemerintahan dan pelayanan desentralisasi
6. Penekanan
pertolongan sendiri dari pada institusi.
7. Bertolak
dari demokrasi representatif kepada demokrasi partisipasi.
8. Berubah
dari organisasi yang menampilkan hirarki kepada organisasi yang dicontohkan
dengan networking.
9. Menarik
minat dalam pergeseran demokrasi dari utara ke sun belt.
10. Berangkat
dari situasi pilihan atau tidak kepada multiple opsi.
BAB III
PENUTUP
Futurism, adalah usaha-usaha yang menggabungkan
antara ramalan yang kreatif, terencana, dan aksi. Kondisi masa sekarang dan
kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang memerlukan persiapan
dari generasi muda dan peserta didik yang memiliki kompetensi multidimensional.
Mengacu pada hal-hal tersebut, pengembangan kurikulum harus mampu
mengantisipasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan
datang.
Kurikulum masa yang akan datang disebut juga
kurikulum masa depan, yaitu kurikulum yang merangkumi pendekatan yang
berpusatkan pada murid dan membolehkan mereka memahami kekuatan dan
masing-masing serta berupaya belajar sepanjang hayat.
Untuk
masa depan, pendidikan harus dapat mengantisipasi dan mengelolah masa depan
sekolah agar program sekolah dapat merespon terhadap kebutuhan anak didik,
bukan hanya saja dalam praktek tetapi aplikasinya kepada pekerjaan, tapi yang
penting adalah membuat mereka mengerti, menerima dan menghargai kenyataan yang
ditemui.
Keadaan
yang tidak bisa diprediksi antara lain perubahan sosiobudaya yang terjadi pada
masyarakat karena masyarakat yang cenderung pluralistik sehingga kurikulum masa
depan mungkin lebih banyak berkaitan dengan realisme, ethnicisme, dan sexism.
Sejalan dengan masyarakat yang menjadi bermacam ragam budaya dan etnik, maka
harus lebih banyak lagi pelajaran tentang pendidikan global dan internasional.
1. Untuk
masa depan pendidik harus lebih proaktif dan menghindari program-program yang
reaktif. Pada abad ini kita hidup dalam era peralihan antara era teknologi dan
informasi yang dipenuhi dengan serba ketidakpastian. Oleh sebab itu setiap
keputusan yang kita ambil harus, fleksibel dan dapat beradaptasi dengan baik.
Khusus untuk kurikulum tentu ditawarkan dengan bermacam-macam kreasi.
2. Banyak
perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi arah kurikulum dan cara pendidikan
disekolah.
3. Dalam
penyususnan kurikulum untuk masa depan dapat dipakai beberapa teknik ramalan
yang akan dilalui pada masa depan.
4. Tantangan
yang tidak mudah bagi pendidik dalam menghadapi masa depan adalah menghidupkan
bayangan masa depan dengan membuat kurikulum yang dapat memenuhi kebutuhan dan
hasrat semua sekolah dan masyarakat.
5. Kesehatan
dan vitalitas masyarakat tergantung pada tingkat signifikan dari seberapa baik
kurikulum menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al
Muchtar (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka
Mandiri
Sukmadinata,
N.S. (2008). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
________.
(2009). Teacher Professionalism. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/13977506/Teacher-Professionalism.
[10 Januari 2014]
http://syamphgs.wikispaces.com/3.+definisi+kurikulum+masa+depan
http://aaddesanjaya.blogspot.com/2011/11/contoh-tesis-s2.html
http://tepenr06.wordpress.com/2011/12/01/arah-masa-depan-kurikulum-future-directions-for-curriculum/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar